Bincang Cak Maulana : Menyikapi Tesis Kyai Imad, Habaib / Balawi Tindak Terkonfirmasi Secara Ilmiah Sebagai Cucu Nabi

Tidak tahan juga saya ingin masuk dalam polemik trah Para habib. Saya coba menulis ini seringan mungkin. Sebab bagi kami komunitas santri hal ini sangat sensitif. Kedua saya bukanlah ulama nasab, saya hanya seorang PEMIKIR karena saya selalu mikir angsuran, mikir SPP sekolah anak, mikir simpanan bukan simpenan (jangan salah tafsir) dan banyak lagi yang kupikir.
Jujur Saya belum baca tesis kyai Imaduddin secara langsung, tetapi dari banyak berita yang kubaca kira kira kesimpulannya adalah, Para habib / Baalawi tidak bisa terkonfirmasi secara ilmiah ketersambungan silsilahnya kepada Nabi Muhammad dalam tesis penelitian kyai imamduddin Al-Bantani. Dia mampu menyajikan agumentasi ilmiah melalui fakta kitab kitab nasab yang menjadi obyek kajiannya.
Apa itu tesis? Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung argumen kajian Pustaka dan empiris yang dikemukakan dalam karya tulis ilmiah setelah melakukan riset / penelitian. Lantas bagaimana bila ada yang tidak sepakat? Maka Secara akademik harus melawannya dengan antitesa. Antitesa adalah teori pembanding yang bertentangan dengan tesis melalui kajian dan penelitian juga.
Bila ingin membuat Antitetis dari tesis Kyai Imaduddin Apa yang harus diruntuhkan?. Paling tidak dua hal yang harus dibongkar pertama kelemahan metodologi penelitian nya, kedua menghadirkan refrensi yang lebih valid atau membongkar kelemahan referensi yang digunakan kyai Imaduddin.
Bila tesis dilawan antitesis maka akan muncul sintesis, sebuah pengetahuan baru dari hasil telaah tesis dan antitesis, ini yang disebut dialektika pengetahuan. Haruskah demikian? Ya harus begitu bila ingin diakui sebagai kajian ilmiah. Atau para Habib harus tes DNA untuk melihat kesamaannya dengan DNA cucu Nabi di Irak dan iran. Itu satu satunya cara menghentikan perdebatan secara ilmiah.
Iman Al-Ghazali pernah membuat tesis dalam kitab Tahafut al-Falasifah yang esensinya melemahkan Filsafat. Kemudian ada perlawanan ilmiah / antitesis dari Ibnu Rusyd (520/1126-595/1198) menulis pembelaan paling brilian terhadap filsafat dalam Tahâfut at-Tahâfut.
Tapi bagi saya yang pernah nyantri ke Almarhum Al-maghfurlah Romo yai khumaidi (santri Romo yai Hamid dan Syekh Hasan Genggong) saya tidak butuh teori itu, saya tidak butuh pembuktian. Kami dididik menjadi muhubbin / pecinta habaib dalam kondisi apapun. Bagiku Mbah maimun, mbah Hamid atau para wali wali yang lain tentu lebih faham tentang ini. jangan mendebat saya dengan teori ilmiah sebab ini soal keyakinan dan akhlak bukan tentang logika. Apapun yang anda katakan saya tetap dengan pendirian saya. Loh bukankah ini sikap tidak ilmiah dan tidak logis?, karena belum terkonfirmasi secara ilmiah?
Tidak semua hal bisa dibuktikan secara ilmiah, bahkan termasuk kajian ilmiah itu sendiri. Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat ( National Aeronautics and Space Administration) disingkat NASA adalah kumpulan orang genius paling ilmiah didunia telah menemukan bintang HD 140283 atau yang dikenal bintang Methuselah melalui pengamatan NASA tahun 2000. NASA meyakini bintang tersebut sebagai bintang paling tua di Alam Semesta, diperkirakan usianya mencapai 16 miliar tahun. Ilmuan sedunia percaya atas penyataan ini tanpa bertanya tanggal berapa lahir? Ibunya bintang kawin dengan siapa? Apa buktinya kalau dia bintang tertua, padahal hanya diamati dari bumi.
Kemudian Fisika sebagai puncaknya ilmu eksak dengan pembuktian empiris memiliki 3 teori yang belum bisa dibuktikan / dipecahkan, tapi teorinya dipercaya, teori itu adalah Energi gelap, konstanta kosmologis dan Semesta paralel.
Begitupun pada cucu Wali Songo (NAAT), saya percaya kakek kakek mereka adalah cucu cucu nabi yang datang lebih awal daripada marga baalawi. Mereka mengawini wanita wanita nusantara, sehingga mereka memanggil kita (Pribumi) dengan panggilan ahwal yang artinya saudaranya ibu.
Sungguh saya percaya habaib itu keturunan Nabi oleh karena itu saya selalu hormat dan sayang pada para habaib apapun kondisinya, seperti yang diajarkan para kyai kyai sepuh pada kami. Tetapi saya mohon pada oknum Habaib yang arogan ngomong kasar, caci sana, caci sini, berhentilah bicara kasar, ngawur dan arogan. Saya mohon ini atas nama cinta, saya tidak rela para habaib dicaci balik. sebab tidak banyak orang yang mencintaimu seekstrim kami. Mereka yang menggapmu biasa biasa saja akan mencelamu sebagai pendatang yang tak tahu diri. Pikirkan dan Kasihanilah nama habaib yang sholeh dan terhormat ikut terseret. Percayalah kami santri santri tetap sayang padamu, itu kami buktikan dalam kalimat tawassul kami dengan menyebut datuk datukmu yang sholih dan arifin.
Bila ada yang mau debat terbuka tentang ini pasti saya tolak, sebab takut panas. Bila mau debat tertutup, ber-AC, dengan kopi pasti saya mau. Kapanpun dimanapun dengan catatan anda harus cantik….
Salam ta’dim dan cinta saya sekeluarga pada sadatinal Alawiyyin..

Maulana Sholehodin yang akrab dipanggil Cak Maulana adalah tokoh pemikir yang berasal dari Krikilan Kalipang Pasuruan, Jawa Timur. Tokoh yang telah malang melintang dalam dunia pemberdayaan masyarakat desa dan juga pakar hukum ini merupakan pribadi yang unik dengan segala pemikirannya menelaah fenomena sosial di masyarakat, kajiannya kuat dalam berliterasi dan mencerahkan pandangan publik. Selain aktif dalam advokasi hukum di masyarakat, tokoh Nahdliyyin ini juga menjabat sebagai Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa – Kemendesa PDTT, tingkat Jawa Timur.