Musik Sumbangsih Peradaban Islam Pada Peradaban Modern

oleh : Maulana Sholehodin*
Musik adalah keindahan rasa yang merelaksasi saraf otak untuk menciptakan kebahagian rasa. Resonansi keindahan musik mampu merangsang kelembutan otak kanan. Di musik jugalah hati yang patah, lara dan linang air mata didendangkan dengan riang nan syahdu.
Musik dalam sejarah peradaban Islam bukan hanya sebagai hiburan, tapi media spiritual dan metode terapi dan pengobatan. Al Kindi (721-815 M) misalnya, sudah menggunakan musik sebagai metode terapi penyembuhan penderita quadriplegic atau kelumpuhan total.
Musik awalnya adalah harmoni suara alam, desir angin, rintik hujan, debur ombak dan semua simfoni alam. Kemudian ditransformasi dalam notasi lagu beberapa nada saja (Do, Re, Mi, Fa, So, La, Si, do). Dari tujuh notasi sederhana ini lahirlah berbagai aliran musik dan lagu tercipta mulai lagu religi sholawat nabi, rohani gereja, rock, sampai dangdut Koplo.
Dalam sejarah mainstream penemu notasi lagu adalah Guido Arezzo seorang biarawan Benediktin Katolik. Ia hidup di Itali pada tahun 995 hingga 1050 M. Selama ratusan tahun orang-orang menganggapnya sebagai penemu notasi tangga nada dalam musik.
Sejarawan Perancis Jean Benjamin de la Borde membantah dalam salah satu bukunya yang berjudul “Essai sur la Musique ancienne et moderne” (1780), Laborde memberikan kesimpulan yang mengejutkan. Dimana ia menyatakan bahwa notasi yang dipakai Arezzo adalah duplikasi dari hasil temuan ilmuwan Muslim di bidang musik yaitu Ishaq Al-Mausili (850 M). Hidup pada abad pertengahan kesembilan masehi di Baghdad, di era pemerintahan khalifah Al-Ma’mum. Masa hidupnya terpaut lebih dari satu abad dengan Guido.
Ia membandingkan skala musik Guido dengan Ishaq Almaushili, melihat ada kemiripan yang mencolok, dan terlalu aneh untuk disimpulkan sebagai kebetulan. Bukan saja bunyi nadanya, bahkan model penggunakan notasi fonetis (abjad) atau suku kata sebagai penanda nada juga nyaris tidak hilang sama sekali. Berikut ini simulasi perbandingannya :
Notasi Arab : Mi, Fa, Shad, La, Sin, Dal, Ra
Notasi Guido : MI, Fa, Sol, La, Ti, Ut, Re
Notasi musik Guido kemudian bertransformasi menjadi apa yang sekarang kita kenal sebagai solmisasi ; Mi, Fa, Sol, La, Si, Do, Re.
Musik dalam tradisi Islam, bukan hanya sebagai hiburan tapi juga menjadi metode terapi dan pengobatan. Ini sebabnya musik berkembang sangat pesat, sejalan perkembangnya dengan ilmu pengetahuan di dunia Muslim. Seperti dua sisi mata uang, musik – atau seni secara umum – adalah ekspresi lain dari ilmu. Dan di tangan para ilmuwan Muslim, keduanya (seni dan ilmu) menjadi harmoni yang indah. Deratan Ilmuan musik dalam sejarah islam banyak sekali, Al Kindi dan Ishaq Al-Mausili, yang paling terkenal Al-Farabi (870-950M), Ibn Sina (wafat tahun 1037), dan Al-Hussain ibn Zaila (1048M).
Meskipun fakta yang dipaparkan oleh la Borde sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk membuktikan hal tersebut, tetapi banyak kalangan yang mempertanyakan dari mana Guido memperlajari dan terpengaruh karya-karya ilmuwan Muslim?
Dalam salah satu artikel Rabah Saoud memaparkan dari berbagai literatur yang dibacanya bahwa Guido pernah belajar di Catalunya, Spanyol. Tercatat dalam sejarah musik diajarkan di perguruan tinggi Andalusia, Ibnu Firnas (888 M) adalah orang pertama yang mengenalkannya sebagai bagian integral dari departemen quadrivium, atau empat divisi mata pelajaran wajib yang saling terkait satu sama lain yaitu, aritmatika, astronomi, geometri, dan musik. Sosok seniman lainnya yang sangat berpengaruh di Andalusia adalah Zariyab (Blackbird) yang hidup pada abad ke 8 masehi. Selain terkenal karena pengajaran musiknya di Spanyol, dia juga dikenal sebagai sosok yang mengubah adab dan etika bangsa Eropa, dan juga pendiri konservatori pertama di dunia.
Dari Andalusia, pengaruh para ilmuwan Muslim menyebar ke hampir seluruh daratan Eropa, terutama pusat-pusat kebudayaan seperti Inggris, Perancis, dan Italia. Adapun solmisasi dalam suku kata arab yang menjadi rujukan Guido tersebut ditemukan dalam risalah Latin abad kesebelas yang diproduksi di Monte Cassino – sebuah tempat yang telah diduduki oleh umat Islam beberapa kali, dan merupakan tempat peninggalan Konstantinus Afrikaus, seorang sarjana Tunisia yang bermigrasi dari Tunis ke Salerno dan kemudian ke Monte Cassino.
* Penulis adalah Kolumnis Islam Nusantara & TAPM Kemendesa PDTT Provinsi Jatim
