Anas Urbaningrum ; Narasi Kampus Harus ‘Nyambung’ Pengaruhi Pemikiran Bangsa

0

MERDESANEWS.COM. Salah satu tokoh progresif, Anas Urbaningrum, kembali menyuarakan gagasannya demi mendorong civitas kampus agar tidak bisu. Tetapi kembali lantang bersuara untuk menyehatkan cara berfikir bangsa. Hal tersebut disampaikan Tokoh intelektual organik & mantan aktivis Kampus ini saat hadir dalam Mimbar Akademis yang diinisiasi Sygma Research and Consoulting bekerja sama dengan Fisip Universitas Brawijaya (UB) Malang pada kamis (26/9) di UB Coffe.

Dalam diskusi yang mengambil tajuk “Mengawal Demokrasi yang Bersih dan Beradab” itu hadir ratusan audience yang bersala dari mahasiswa di seluruh fakultas UB, civitas akademi UB, mahasiswa sejumlah kampus di Malang Raya, aktivis Cipayung, kader-kader HMI dari beberapa cabang di seputar Malang Raya.

Didampingi oleh Wakil Dekan II Fisip UB, Achmad Imron Rozuli, Anas mengawali paparannya bahwa obrolan ala kampus sekarang agak terdesak dengan obrolan-obrolan Non kampus yang lupa dengan substansinya. Padahal penting sebetulnya menjaga perbincangan publik yang sehat dan substantif. Dimana suasana seperti itu sehatnya kalau datang dari lingkungan kampus. Karena kampus itu harus nyambung dengan dinamika kehidupan sosial, kehidupan politik.

“Jadi kalau narasi besar di kampus bisa nyambung dengan baik dan mempengaruhi dinamika pemikiran bangsa. Itu yang akan menyehatkan cara berfikir bangsa kita juga. Kampus harus terlibat aktif mengawal Demokrasi dengan frase Pencerahan Demos dan Pengawasan Kratos,” ujar Ketua Umum PB HMI Periode 1997-1999 ini.

Secara jernih Anas Urbaningrum menyinggung tentang peran pentingnya dunia perguruan tinggi dan kampus agar selalu terjaga dan mengawal demokrasi. Lebih jauh AU, panggilan akrab Anas Urbaningrum, menyatakan bahwa kunci nya Kampus adalah pihak yg tidak boleh tidur.

“Kampus saat ini tertidur dan sedang ditidurkan. Kampus tidak boleh agak lama tidur dan ditidurkan. Kampus sudah tidak boleh lagi terlalu percaya memberikan blank check bagi para pemimpin. Dengan minum pil anti cuek bagi kalangan mahasiswa akan membuatnya care [peduli] dengan lingkungan sekitar termasuk urusan politik dan demokrasi. Karena kalangan mahasiswa adalah kaum cendikia calon pemimimpin bangsa masa depan sehingga tidak boleh cuek dengsn kondisi yang ada,” tegas Tokoh yang pernah memimpin Partai Demokrat ini.

Saat menjawab pertanyaan peserta diskusi terkait adanya temuan tentang keterlibatan aparat penegak hukum yang mengintervensi masyarakat dalam prosesi pilkada di Kabupaten Malang, Iamenyatakan bahwa Intervensi aparat penegak hukum dalam momen pilkada seyogyanya bisa dihindari, karena akan merusak nilai esensi demokrasi itu sendiri.

“Semua unsur mesti berkomitmen melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai aturan yang berlaku,” Tegas mantan anggota Tim Revisi Undang-Undang Politik (Tim Tujuh) yang menjadi cikal bakal lahirnya pemilu demokratis era reformasi ini

Pada kesempatan sama CEO Sygma Research and Consoulting Ken Bimo Sultoni menyatakan kesimpulan dari narasi Mas AU bahwa kampus jangan tidur adalah bahasa agar sudah saatnya mahasiswa memiliki sensitifitas demokrasi. Lebih jauh Ken Bimo menyatakan sensitivitas mahasiswa juga mesti muncul pada dinamika pilkada mendatang.

“Demokrasi harus bersih dari intervensi kekuasaan. Mahasiswa akan terus mlakukan fungsi kontrol terhadap jalannya demokrasi,” tegas Ken Bimo.[redfero3a2791]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *